Tuesday, 11 October 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

Oleh : Nurlaili Firdausi, S.Pd

CGP ANGKATAN V KABUPATEN MALANG

SMAS ISLAM KEPANJEN

A.   Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

1.      Pengalaman/materi pembelajaran

Pembelajaran modul 2.3 ini dimulai dengan merefleksi kegiatan supervisi yang sudah berjalan di sekolah mulai dari berapa kali pernah melaksanakan supervisi, apa saja yang dilakukan saat supervisi, dan apa saja manfaat supervisi bagi pendidik.

Pada bagian eksplorasi konsep, bagian yang menarik adalah ketika saya belajar mengenai perbedaan coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Yang dapat saya simpulkan mengenai perbedaan tersebut adalah bahwa coaching lebih fokus pada coachee dengan mendorong jawaban refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong. Berbeda dengan mentoring, konseling, fasilitasi maupun training yang lebih fokus pada orang yang bukan memiliki masalah agar orang tersebut membantu sesuai dengan keahliannya dengan memberikan ide-ide berupa problem solving. Kemudian saya melanjutkan eksplor pada materi paradigma berpikir coaching. Bahwa ada tiga prinsip coaching adalah kemitraan, Proses Kreatif dan memaksimakan potensi. Kemitraan berarti semua dianggap sejajar tidak ada yang lebih ahli maupun lebih tinggi, kreatif berarti mampu mengantarkan seseorang dari situasi saat ini kesituasi masa depan yang lebih ideal, memaksimakan potensi berarti suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang akan dikembangkan.Kemudian dilanjutkan dengan kompetensi coaching antara lain kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Kehadiran Penuh kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.  Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching

 Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.TIRTA kepanjangan dari T: Tujuan I: Identifikasi R: Rencana aksi TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

2.      Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Saya merasa tertarik dengan materi baru ini. Karena sebelumnya kegiatan supervisi yang saya rasakan adalah supervisi dengan versi mentor. Yang mana kegiatan mentoring ini kita hanya fokus salah satu pihak yakni mentor untuk memberi saran dan masukan yang harus dilakukan oleh yang diberi mentoring. Setelah penasara dan tertarik terselip rasa khawatir apakah materi ini bisa saya praktekkan ke rekan sejawat sebagai contoh untuk rekan guru yang lain dan apakah murid bisa mengikuti alur pertanyaan saya untuk mencari problem solvingnya sendiri.

3.      Yang sudah baik berkaitan dengan implementasi dalam proses belajar 

Ketika muncul perasaan khawatir tersebut, saya sadar bahwa ini harus diimplementasikan yang dimulai dari diri sendiri dengan mengimplementasikan materi ini pada rekan sejawat saya. Pada saat itu ketika saya santai di ruang guru, ada guru senior yang tidak mau menggunakan IT di kelas yang beliau ajar karena malas harus belajar lagi. Nah, dari sini saya mengajak beliau mengobrol. Pada saat mengobrol saya memberikan pertanyaan-pertanyaan agar beliau mampu mencari solusi sendiri, akan tetapi tantangannya adalah yang beliau jawab selalu sama “namanya malas ya malas”. Tetapi di akhir saya ngobrol dengan beliau saya mendapat satu point, bahwa memang beliau malas harus belajar dari awal tentang kemampuan tekhnologi, tetapi beliau tidak membatasi kretivitas siswanya dengan memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan tekhnologi.

4.      Yang perlu diperbaiki terkait dengan implementasi dalam proses belajar 

Hal yang perlu di perbaiki adalah mencari informasi bagaimana membuat pertanyaan reflektif yang mampu mendorong kemampuan untuk coachee dalam menganalisis masalah yang dihadapi.

5.      Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Jika pembiasaan tentang bagaimana meng coach ini dilaukan berulang-ulang, maka ini akan membentuk sebuah pembiasaan positif yang akan melahirkan pemikiran-pemikiran positif pula jika secara serentak semua warga sekolah melakukan hal ini, maka terciptalah sebuah budaya positif pada sekolah tersebut.

Pertanyaan yang coach berikan juga mampu menghasilkan sebuah pemikiran-pemikiran kritis yang mampu mendorong untuk kreativitas dari rekan sejawat.

  1. Analisis untuk implementasi dalam proses pembelajaran di kelas

1.      Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Ketika saya mempelajari modul ini, saya menjadi banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya “apakah saya mampu melakukannya” jika saya mampu melakukannya “apakah orang lain bisa saya ajak untuk melakukan hal yang sama dengan saya?”. Saya harus lebih banyak belajar dan mempraktikan coaching dalam kehidupan sehari-hari di sekolah bersama rekan sejawat agar pembiasaan positif ini bisa menjadikan sebuah karakter yang positif dalam diri saya.

2.      Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Supervisi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, tetapi supervisi melalui coaching inilah suatu hal yang baru pengetahuan yang sangat luar biasa bagi saya dan harus saya implementasikan dalam kehidupan sehari-hari

3.      Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Sebenarnya tantangan untuk saya adalah bagaimana coaching ini bisa diterapkan pada guru-guru yang senior. Ketika rekan sejawat saya ajak untuk coaching ternyata jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan memiliki jawaban yang selalu sama, sehingga kita perlunbanyak stok kesabaran untuk menghadapi beliau

4.      Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif dari solusi di atas sebenarnya, saya harus memberikan pertanyaan yang banyak menggugah solusi dari beliau, tentunya dengan lebih banyak kesabaran dan lebih banyak mendengarkan beliau.

  1. Membuat keterhubungan

1.      Pengalaman Masa Lalu

Supervisi bukan merupakan hal yang baru dan sudah sering dilakukan. Ketika kegiatan refleksi pada saat supervisi memang lebih banyak diisi dengan guru yang disupervisi mendengarkan saran dari supervisornya sehingga disini ide itu bukan dari guru yang disupervisi, melainkan dari supervisor sehingga lebih cenderung menggunakan sistem mentoring dalam pelaksanaannya.

2.      Penerapan di masa mendatang

Supervisi melalui paradigma coaching adalah hal yang baru dan perlu diterapkan dalam kegiatan supervisi baik praobservasi maupun pasca observasi, sehingga menciptakan suatu hubungan yang harmonis dan setara antara coach dan coachee. Harapannya bahwa tidak hanya kami para CGP yang mengimplementasikan coachee ini tetapi seluruh supervisor juga harus terlibat dalam pengembangan budaya positif di sekolah ini.

3.      Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

a.      Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Kegiatan coaching merupakan salah satu proses "menuntun" kemerdekaan belajar murid dalam kegiatan pembelajaran di sekolah untuk mengeksplorasi dirinya guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya . Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.

b.      Implementasi Coaching terhadap pembelajaran berdiferensiasi

dengan berintegrasi terhadap kompetensi social emosional dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu cara meningkatkan potensi dan kemampuan murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Guru sebagai coach akan menggali kebutuhan belajar murid dengan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid.  Secara emosional potensi murid akan dapat mberkembang secara maksimal. Proses coaching tetap memperhatikan ranah social emosional sehingga dapat menyelesaikan setiap masalah yang ada pada murid sesuai dengan kemampuannya sendiri

c.      Implementasi Coaching terhadap pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2) menetapkan dan mencapai tujuan positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain 4)membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dalam membimbing murid membuat keputusan yang bertanggung jawab salah satunya dapat dilakukan dengan proses coaching.  

4.      informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Informasi mengenai modul 2.3 ini sebetulnya dimulai dari CGP kemudian saya mengeksplorasi lagi dengan mencari banyak informasi dari sumber bacaan yang lain seperti artikel, gambar bercerita, video youtube dan lain sebagainya 


Monday, 29 August 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Nurlaili Firdausi, S.Pd CGP ANGKATAN V

A.    Kesimpulan

Mengikuti Program guru penggerak merupakan hal yang luar biasa. Program ini membuat saya berefleksi tentang pembelajaran yang sudah saya lakukan selama 11 tahun mengajar dan selama belajar modul ini saya juga melakukan pemenahan-pembenahan pada proses pengajaran di kelas sebagai guru mata pelajaran dan juga sebagai wali kelas tentang pembinaan pada murid. Pemahaman tentang modul 1 yang terdiri dari 4 modul membuat saya paham mengenai apa yang seharusnya saya lakukan sebagai pendidik.

 

Pada modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dari dasar itulah saya sadar bahwa saya sebagai pendidik harus mampu menebalkan perilaku baik anak agar tumbuh budi pekerti, watak dan karakter yang baik.

 

Untuk mengimplementasi tujuan dari pendidikan diperlukan seorang pendidik yang memiliki karakter yang baik yang sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak pada modul 1.2. Karakter seorang guru akan menjadi panutan bagi para peserta didiknya. Suka atau tidak, segala perilaku kita akan mendapatkan sorotan dari peserta didik dan lingkungan sekitar. Guru yang memiliki karakter baik akan mampu menjadi teladan yang baik pula bagi rekanan dan peserta didiknya. Terdapat lima nilai yang harus ada dalam jiwa seorang Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

 

Pembelajaran berpihak pada murid membuat kita berefleksi sudahkah kita menerapkan student centred pada pembelajaran kita?ataukah anak kita masih merasa terpaksa dalam belajar?Pada modul 1.3 visi guru penggerak inilah kita mempelajari tentang bagaimana manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan. Kita mempelajari mengenai bagaimana kita mampu memunculkan pemikiran kritis siswa melalui ota luhur manusia, kita juga mempelajari tentang teori gunung es mengenai karakter yang bisa muncul karena penanaman pembiasaan baik dan mengenai lingkaran pengaruh tentang bagaimana kita bisa menggerakkan orang di sekitar kita.

 

Untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpihak pada murid sangat penting sekali mewujudkan budaya positif di sekolah sesuai dengan modul 1.4. Setelah mempelajari modul ini saya merasa pembinaan yang saya rasa sudah benar ternyata perlu ditinjau ulang. Sebagai wali kelas, saya sering menghadapi siswa yang melanggar peraturan. Sebelumnya saya sering melaksanakan teori kontrol sebagai teman, karena sesuai pengalaman sebelumnya juga saya sering memarahi dan memberi hukuman terhadap siswa saya. Hasilnya murid tidak merasa bersalah malah dihatinya muncul dendam terhadap saya, akhirnya saya mengubah metode saya dengan melaksanakan teori Kontrol sebagai teman. Akan tetapi hasilnya juga tidak sesuai yang diharapkan karena murid hanya mau mengikuti saran saya, tetapi jika berbeda guru murid akan kembali melanggar aturan.

Setelah saya mempelajari modul ini saya menemukan teori kontrol yang sesuai untuk diterapkan di sekolah yakni teori kontrol manajer dengan penerapan segitiga restitusi. Saya menerapkan keyakinan kelas, teori kontrol dan segitiga restitusi ini pada sebagai wali kelas pada siswa kelas XII MIPA 2 dengan menerapkan kesepakatan kelas yang mereka tulis melalui aplikasi padlet, kemudian jika ada yang tidak sesuai dengan kesepakatan, maka akan saya panggil dan  memberikan mereka pertanyaan-pertanyaan reflektif dan ternyata ini sangat membantu sekali murid mulai sadar terhadap perilakunya yang tidak sesuai dengan kesepakatan kelas dan mencari sendiri solusi terhadap masalah mereka. Dengan harapan ketika mereka kembali ke kelompoknya maka mereka sudah memiliki karakter yang lebih kuat dari sebelumnya.

Sebagai guru mata pelajaran saya juga merasakan hal yang sama. Kegiatan pemberian penghargaan membuat murid hanya memiliki motivasi saat ada hadiah, ketika siswa saya suruh untuk menjawab dengan saya iming-imingi hadiah, maka banyak siswa yang berlomba-lomba menjawab pertanyaan dari saya, tetapi ketika tidak ada hadiah maka banyak siswa yang tidak berusaha untuk mencari jawaban.

Sesuai dengan yang saya pelajari pada modul 1.4, maka dari itu pentingnya memunculkan motivasi intrinsik agar mereka berubah karena dorongan internalnya sendiri. Saya menerapkan segitiga restitusi untuk mencapai tujuan tersebut. Diantaranya adalah terdapat tiga langkah dalam segitiga restitusi yaitu 1)menstabilkan identitas; 2)vaidasi tindakan yang salah; 3)menanyakan keyakinan

Langkah pertama adalah menstabilkan identitas jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Bagian restitusi ini memiliki tujuan merubah oarng yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar anak tersebut. kemudian menanyakan keyakinan yani menghubungkan dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Refleksi Pemahaman modul 1.4

  1. Pemahaman Saya tentang konsep-konsep inti yang telah saya pelajari di modul ini, yaitu:

-          Disiplin positif :Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya.Jadi, disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk melakukan sesuatu tanpa sogokan, ancaman, maupun hukuman.

-          Posisi kontrol : Terdapat lima posisi kontrol yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah, kelia posisi tersebut antara lain penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Setelah saya mempelajari teori kontrol, posisi manajer adalah yang paing tepat untuk di terapkan di sekolah. Manajer adalah posisi mentor dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilaunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Bila kita menginginkan murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu pada restitusi yang menjadikan murid kita sebagai manajer bagi dirinya sendiri

-          Kebutuhan dasar manusia : Kebutuhan Dasar Manusia terbagi atas 5 yaitu; Kebutuhan bertahan hidup (Survival), Cinta dan kasih sayang (Love and belonging), Kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). 

-          Keyakinan Kelas merupakan nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama. keyakinan dapat memotivasi peserta didik karena merupakan kesepakatn yang telah dibuat dan disepakati bersama-sama.

-          Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembalipada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Melalui restitusi ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang akan memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa  dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapat kembali harga dirinya.

 

b.      Perubahan yang terjadi pada cara berpikir Saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini

Sebelum saya mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif, saya beranggapan bahwa disiplin sangat erat hubungannya dengan tata tertib sekolah peraturan sekolah, dan juga hukuman. Dan saat ini saya mengetahui dengan sangat jelas bahwa hal tersebut sungguh sangat berbeda, sekarang saya lebih mengerti bagaimana cara mendisiplinkan anak dengan tidak memberikan hukuman, sehingga yang kita harapkan adalah terbangunnya motivasi intrisik untuk memperbaiki diri dan efek jangka panjangnya siswa tidak akan mengulangi hal tersebut walaupun tidak ada hukuman.

  1. Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas sebagai wali kelas

1)      Membuat Kesepakatan dengan Kelas melalui aplikasi Padlet


2)      Pembinaan siswa yang tidak menaati kesepakatan kelas dengan menerapkan segitiga restitusi



  1. Perasaan Saya ketika menerapkan segitiga restitusi

Hal ini merupakan metode baru bagi saya dan murid saya . Pada awal penerapan restitusi ini saya merasa siswa saya lebih fokus pada perbaikan dirinya dan saya lebih fokus kepada pertanyaan pertanyaan untuk perbaikan diri tersebut. Dari sini siswa paham mengapa kita harus membuat kesepakatan untuk menumbuhkan keyakinan kelas dan menerapkannya tidak hanya didalam kelas melainkan di lingkungan masyarakat.

 

  1. Hal-hal baik dan yang perlu diperbaiki terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut

Hal baik yang saya rasakan ketika menerapkan restitusi adalah saya sebagai pendidik semakin meyakini bahwa metode ini memang sangat efektif digunakan untuk menyelesaikan permasalahan siswa khususnya pada siswa SMA, karena akan lebih memperkuat karakter baiknya untuk jangka panjang. Hal yang perlu diperbaiki adalah dukungan dari guru yang lain didalam kelas karena kalau kita sendiri yang melakukan dengan tidak didukung guru yang lain dalam kelas, maka penerapan ini tidak akan terwujud dengan maksimal.

  1. Posisi  yang paling sering dipakai sebelum mempelajari modul

Sebagai wali kelas, saya sering menghadapi siswa yang melanggar peraturan. Sebelumnya saya sering melaksanakan teori kontrol sebagai teman, karena sesuai pengalaman sebelumnya juga saya sering memarahi dan memberi hukuman terhadap siswa saya. Hasilnya murid tidak merasa bersalah malah dihatinya muncul dendam terhadap saya, akhirnya saya mengubah metode saya dengan melaksanakan teori Kontrol sebagai teman. Akan tetapi hasilnya juga tidak sesuai yang diharapkan karena murid hanya mau mengikuti saran saya, tetapi jika berbeda guru murid akan kembali melanggar aturan. Setelah menerapkan metode restitusi, siswa menjadi lebih paham dan tidak melakukan hal yang melanggar kesepakatan bersama.

Sebelum mempelajari modul ini, Penerapan segitiga retsitusi hanya sampai pada penstabilan identitas dan validasi tindakan karena waktu itu saya belum pernah menerapkan kesepakatan kelas sehingga belum sampai pada tahap menanyakan keyakinan.

 

  1. Hal-hal selain konsep yang menurut saya penting

Mnurut saya hal yang paling penting dari sekedar menerapkan konsep adalah tantangan mengajak rekan sejawat lain untuk bersama-sama dengan satu tujuan dengan menerapkan segitiga restitusi.

 




RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA



 

 

 

Wednesday, 15 June 2022

REFLEKSI 4P

REFLEKSI 4P PADA MODUL 1.1 DAN 1.2  PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 5 KABUPATEN MALANG

Peristiwa

Momen yang paling menantang bagi diri saya dalam proses pembelajaran modul 1.1 dan 1.2 adalah Mengubah paradigma pembelajaran saya dengan paham modul ini saya menjadi berpikir  bagaimana saya harus menerapkan nilai - nilai guru penggerak (inovatif, kolaboratif, mandiri, berpihak pada murid dan reflektif) dengan memuat filosofi KHD didalamnya di sekolah saya. 

Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah bahwa nilai-nilai guru penggerak adalah suatu perwujudan dari filosofi KHD. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Nilai-nilai tersebut pada akhirnya akan bermuara pada anak didik dan kita sesuaikan dengan keadaan alam dan zamannya

Perasaan

Saat momen belajar modul ini saya bagaikan seorang siswa yang mengimplementasikan merdeka belajar. dengan mengatur cara belajar sendiri dengan mandiri, saya memerdekakan diri sendiri. dan refleksi dari momen belajar ini saya merasa bahwa selama ini sebagai pendidik masih harus banyak belajar mengembangkan kemampuan pedogogik, memahami siswa saya sebagai suatu subyek pembelajaran bukan sebagai obyek pembelajaran. Saya sadar dan saya harus melakukan sesuatu untuk siswa agar mereka memperoleh kemerdekaan belajarnya.

Pembelajaran

Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa selama ini saya sudah melaksanakan kewajiban saya sebagai guru dengan merancang perencanaan, masuk sesuai jadwal, dan memberikan pembelajaran sesuai dengan KD yang harus dituntaskan. Sekarang saya berpikir bahwa tugas pendidik bukan hanya itu, menyiapkan mental, emosi mereka agar otak reptil (penjaga) aman sehingga kemampuan berpikir siswa bisa berpikir lebih kompleks itu sangat perlu sekali dengan menerapkan ice breaking sebelum pembelajaran dan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Penerapan ke depan (Rencana)

Pengembangan diri yang sederhana untuk membantu menguatkan nilai-nilai penggerak adalah :

1. Selalu melakukan refleksi pembelajaran bersama supervisor yang rutin saya lakukan di sekolah

2. Mengimplementasikan model-model pembelajaran abad 21 di kelas seperti Problem Based Learning, Project Based Learning, Discovery learning, pendekatan STEAM (Sains Technology, Engineering, Art and Mathematic)

3. Penggunaan media pembelajaran sesuai era 4.0 seperti padlet untuk diskusi pembelajaran, Google clashroom, penggunaan kuis online, penggunaan LMS sekolah.


Wednesday, 1 June 2022

REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 1.1 CGP ANGKATAN 5

  Bermain, Belajar dan Berpikir kritis Pada Pembelajaran Fisika Sebagai Aksi Nyata Modul 1.1 Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara di Kelas XI MIPA 2

Penulis       : Nurlaili Firdausi, S.Pd

Unit Kerja : SMA ISLAM KEPANJEN

CGP           : Angkatan ke - 5 Kabupaten Malang

   Sekitar hari Selasa, tanggal 17 Mei 2022 pagi hari pkl 06:30 WIB saya menjalankan aktivitas mengajar seperti biasa, saya mengajar kelas XI MIPA 2 dan kegiatan pendidikan guru penggerak baru saja dimulai, . kegiatan pembelajaran di mulai dengan membaca Al-Qur'an kemudian dilanjutkan berdo'a. Pada saat itu kondisi masuk pertama saya setelah liburan panjang Idul Fitri. Kegiatan pembelajaran saya buka dengan bercerita dan berbincang-bincang dengan siswa. Ada beberapa siswa yang menceritakan mengenai senangnya mereka pulang ke kampung halaman orang tua. Pada saat itu ada sebuah pertanyaan dari saya "bagaimana rasanya masuk sekolah setelah libur panjang?". Banyak diantara mereka yang menjawab "mengapa kok tidak daring saja bu?" . Pertanyaan ini membuat hati saya terhentak, saya tanyakan kembali mengapa kamu sekarang suka belajar daring, padahal kan dulu banyak yang mengeluhkan pembelajaran ini karena banyak yang tidak paham materi?. Sebagian besar siswa tersebut menjawab "pembelajaran daring enak bu bisa santai-santai di rumah". Saya menjawab bahwa pembelajaran di sekolah lebih menyenangkan kalian bisa bertemu teman-teman, bertemu guru langsung bertanya bila ada kesulitan, dan tentunya kenangan kebersamaan satu kelas seperti inilah yang nantinya akan kalian rindukan ketika sudah lulus. Kemudian sang anak hanya menganggukkan kepalanya setelah saya beri semangat dan motivasi.

      Setelah kegiatan pembelajaran itu usai, pertanyaan yang dilontarkan mayoritas siswa tadi masih membekas dalam ingatan saya.  Pada saat itu yang saya pikirkan mengapa siswa ini malah memilih menginginkan belajar di rumah daripada belajar bersama guru. Itu menjadikan evaluasi dalam mengajar saya. Saya menyadari banyak sekali siswa di awal pandemi banyak mengalami kesulitan,tetapi seiring berjalannya waktu setelah dua tahun lebih anak akan mulai beradaptasi dan terbiasa dengan pembelajaran dari rumah, tentu siswa mengalami kondisi “nyaman dengan keadaan”. Pada masa transisi inilah sebenarnya tantangan terbesar seorang pendidik. Siswa yang terbiasa dirumah belajar mandiri harus beradaptasi lagi dengan berangkat pagi, mengikuti upacara bendera, mengikuti kelas offline dan ini tidak mudah bagi mereka. Beberapa hasil wawancara secara langsung dengan siswa, banyak siswa yang mengatakan lebih senang belajar di rumah karena lebih bebas, lebih santai karena tidak harus datang pagi-pagi ke sekolah, tidak harus lelah berdiri selama apel pagi, lebih bebas menggunakan HP, Maka dari itu saya perlu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan di kelas saya.

    Semenjak mengikuti pendidikan guru penggerak, di awal modul saya di suguhi mengenai filosofi pendidikan KHD dan cerita sejarahnya yang sangat menginspirasi. Salah satu pokok pikiran KHD bermain adalah tuntutan jiwa anak untuk menuju kearah kemajuan hidup jasmani maupun rohani. Pemikiran KHD ini menjadi bahan untuk berpikir kritis saya. Mulai dari anak lahir sampai usia dewasa, bermain adalah hal utama dan menyenangkan bagi mereka. Siswa SMA sekarang banyak sekali yang menyukai game di HP, bahkan kebanyakan dari mereka tidak tidur karena game tersebut. Ini membuktikan bermain itu bukan hanya untuk usia kecil saja, dewasa pun butuh bermain. Atas dasar itulah saya mengambil sebuah ide/gagasan mengenai bermain sambil belajar ala siswa SMA.

Kegiatan Perencanaan (Minggu ke tiga bulan Juni 2022)

    Gagasan ini saya mulai dengan mendiskusikan bersama supervisor saya selama di sekolah. Di sekolah saya terdapat supervisor setiap rumpun mapel (supervisor adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah melalui SK untuk memantau administrasi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran di sekolah). Setiap satu tahun sekali saya selalu disupervisi oleh supervisor serta berdiskusi saling bertukar pikiran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.selama pembelajaran berlangsung supervisor selalu menemani, memantau dan mendokumentasi kegiatan.

                               Gambar 1. Kegiatan diskusi membuat perencanaan pembelajaran

    Perencanaan untuk aksi nyata ini, saya mengajak rekan supervisor untuk berdiskusi membuat RPP yang akan kita implementasikan kepada siswa. Kami menggunakan materi fluida dinamis dan menggunakan model pembelajaran discovery learningDiscovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pengalaman belajar secara aktif yang akan membimbing peserta didik untuk menemukan dan mengemukakan gagasannya terkait topik yang dipelajari (Arends, 2015, hlm. 402)

Kegiatan Aksi Nyata (Selasa, 24 Mei 2022)

   Kemudian, saya selaku guru mengimplementasikan rancangan pembelajaran ke siswa.Pada kegiatan pendahuluan, saya memberikan motivasi dan apersepsi mengenai materi fluida dinamis dengan menunjukkan beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar lingkungan siswa contohnya adalah fenomena semprotan untuk memandikan burung yang saya bawa di kelas, video anak menyiram tanaman. Ada beberapa siswa yang menyampaikan ide serta gagasannya. Kemudian siswa mengerjakan pretes dalam bentuk game quiziz.

                                                    Gambar 2. Kegiatan Apersepsi dan Motivasi

                                                     Gambar3. Kegiatan Pretes game Quiziz

    Pada kegiatan inti siswa diajak keluar bermain dengan air dan kertas untuk membuktikan ide yang sudah disampaikan. Sambil bermain air siswa belajar untuk menganalisis suatu permasalahan

                                                          Gambar 4. Kegiatan Praktikum

   Kemudian pada kegiatan penutup, siswa diajak untuk mempresentasikan apa yang sudah didiskusikan bersama teman sekelompok dan diakhiri dengan postest.

                                                          Gambar 5. Kegiatan Presentasi  

 Setelah implementasi pembelajaran, saya dan supervisor melaksanakan konsultasi dan diskusi.

                                  Gambar 6. Kegiatan Konsultasi dan Evaluasi Bersama supervisor 

    Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

    Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penuh antusias mulai dari kegiatan quiziz sampai dengan memberikan kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan menggunakan media air, selang dan gelas ukur sehingga beberapa siswa terlihat bajunya basah, ada yang disemprotkan ke temannya tetapi mereka senang dengan kegiatan tersebut karena dengan bermain bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan dari fenomena yang ditampilkan ketika apersepsi.

    Kegagalan Dan Keberhasilan dari Pelaksanaan Pembelajaran

Kegagalan

Tidak semua siswa memiliki sifat mandiri, percaya diri menampilkan hasil diskusinya.Pada saat itu saya mengaja salah satu siswa yang diam untuk maju kedepan memberikan pendapatnya. Karena siswa tidak percaya diri akhirnya terdapat kemoloran waktu. Sebagai guru saya memberikan motivasi, akhirnya siswa tersebut mau maju ke depan

Keberhasilan

Munculnya sikap saling kerjasama, sikap kreativitas, sikap saling menghargai pendapat

Rencana Perbaikan Di masa Datang

Secara kontinyu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran berpihak pada murid (student centred) yang saya lakukan dan selalu belajar untuk inovasi-inovasi pembelajaran yang lain

    Testimoni positif saya dapatkan baik dari supervisor maupun siswa. Berikut video testimoni dari supervisor dan dari siswa kelas XI MIPA 2.



    Supervisor saya ibu putriani puji kk, S.Pd mengatakan bahwa selama pembelajaran siswa sangat antusias dan bersemangat dalam belajar. Semua siswa aktif mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran. Apa yg bu laili lakukan di kelas merupakan salah satu perwujudan merdeka belajar siswa merasa senang belajar tdk ada keterpaksaan.

    Salah satu siswa di kelas XI MIPA 2 Vina Habibah camellia memberikan testimoni bahwa pembelajaran yang saya gunakan sangat menyenangkan, selalu memberikan inovasi baru dalam pembelajaran contohnya adalah dengan menggunakan game quizizz, metode menghafal dengan bernyanyi.

    Setiap anak itu unik dan memiliki karakter yang beragam. Jika kita bisa menemukan dan menuntun potensi itu, maka keselamatan dan kebahagian melalui merdeka belajar akan tercapai